Selasa, 26 Juni 2012

EITKA PROFESI (TUGAS SOFTSKILL KE-4)

Nama : Armada
NPM : 36409196
Kelas : 3ID05
Mata Kuliah : Etika Profesi (Tugas 4)
Dosen : Bapak SUDARYANTO, IR, MSC
Soal
1. Salah satu syarat untuk menjadi profesional adalah memiliki kompetensi
dalam bidangnya. Sehubungan dengan hal tersebut, sebutkan kompetensi
utama yang harus dimiliki oleh sarjana Teknik Industri !
Jawaban
Kompetensi utama yang harus dimiliki oleh Sarjana Teknik Industri
Indonesia pada dasarnya adalah memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya
masing-masing, Perancangan dan Pengembangan Produk, ini berguna karena
untuk mengetahui perancangan produk yang akan dibuat serta membuat
pengembangan produk yang ada sehingga produk yang dibuat akan selalu
maju dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Desain Sistem Manufaktur dan Sistem Produksi, Perancangan dan
pengelolaan proses manufaktur, perencanaan dan pengendalian produksi,
proses produksi, tata letak pabrik, analisis biaya produksi, dan produktivitas.
Manajemen kualitas dan ergonomi: dimana untuk mengetahui kualitas yang
baik atau yang sesuai dengan konsumen sehingga memahami standar yang
digunakan dilingkungan dunia industri seperti ISO, SNI, JSI dan lain-lain,
memiliki rasa tanggung jawab, jujur dalam perkataan dan perbuatan juga
memiliki keterampilan analitis dan keterampilan mengatasi dan
memecahkan masalah.
Referensi: http://www.gunadarma.ac.id/en/page/teknik-industri.html
Soal
2. Dilemma moral merupakan hal yang sering ditemui dalam menjalankan
profesi keteknikan. Jelaskan cara penyelesaian dilemma moral menurut
faham utilitarianisme! Berikan contoh kasusnya !
Jawaban
Kata Utilitarianisme diambil dari bahasa inggris yaitu utilitarian yang berarti
bermanfaat.
Utilitarianisme merupakan suatu ajaran yang menyatakan bahwa segala
perbuatan itu adalah baik apabila perbuatan tersebut berdaya guna untuk
seseorang. Sedangkan dilemma moral memiliki arti menentukan pilihan
diantara dua pilihan, pilihan tersebut kemungkinan sama- sama tidak
menyenangkan, akan tetapi pilihan tersebut harus dipilih salah satu. Jika kita
satukan antara dilemma moral dengan utilitarianisme bisa kita artikan
apabila terjadi suatu permasalan dalam menentukan keputusan,
utilitarianisme menjadi suatu cara dalam menentukan pilihan. Walaupun
diselingi oleh suatu keraguan dan kecaman dari pihak lain. Contohnya.
pemilihan suara terbanyak (voting) dengan suara terbanyak dalam kenaikan
BBM yang mana dengan melakukan voting dapat memberikan kebaikan
untuk rakyat.
Referensi:http://pendidikanmoral.um.edu.my/uploads/rujukan/real%20lif
e%20dilema.pdf
Soal
3. Jelaskan minimal 5 kasus yang terkait dengan pelanggaran etika profesi
dalam bidang keteknikan termasuk jenis pelanggaran etika yang terjadi!
Jawaban
· Kasus Toyota yaitu kesalahan terhadap proses gas pedal yang berpengaruh
padaakselerasi yang tidak diinginkan, sehingga banyak kecelakaan yang
terjadi,sehingga 4,1 juta produknya yang telah dijual di amerika dan eropa
ditarik untuk diperbaiki kesalahan dalam proses pedal gas.
· Kasus Produk Susu bermelamin di China,tentang berita heboh penarikan
susu produk China yang bermelamin. Pada tahun 2008, produsen susu
terbesar di China menarik 700 ton produk susu formula dari pasaran akibat
kematian seorang anak dan laporan 50 anak yang bermasalah dengan organ
hatinya. Dua orang yang bertanggung jawab terlibat telah dihukum mati
akibat kejadian tersebut. Kejadian ini bukan yang pertama kali. Pada bulan
Maret 2007 FDA ( BPPOM-nya AMERIKA) menarik 60 juta kaleng makanan
kucing dan anjing yang diakibatkan kematian 14 ekor hewan peliharaan.
Produk mainan yang berasal dari China juga ditrik karena mengandung
bahan kimia berbahaya.
· Kasus mobil Ford pinto yang menjual mobil dengan bertemakan murah
tanpa memandang keselamatan konsumennya. Kasus tersebut melanggar
kode etik keteknikan yang didalamnya mengabaikan keselamatan konsumen.
· Kasus Ford Explorer dan ban Firestone yang banyak menelan korban jiwa,
dikarenakan konstruksi ban salah akibat desain suspensi yang buruk dan
apabila mobil berjalan dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut akan
terguling.
· Kasus Simplicity (Ranjang Bayi ) lebih dari 400,000 unit ranjang bayi bermerk
Simplicity di tarik dari pasar yang diakibatkan oleh kematian bayi berumur 8
bulan. Penyebabnya adalah sebagian part produk yang di produksi di China
mempunyai kelemahan pada kekuatan materialnya yang gampang patah
yang membahayakan bagi sang bayi. Kejadian ini bukan yang pertama
kalinya, pada bulan September 2008 perusahaan telah menarik 600,000 unit
produk yang sama dan pada 2007 sebanyak 1 juta unit.
Referensi:
http://ntunkz.wordpress.com/2010/03/07/10-kasus-produk-gagal-terbesardi-
dunia/
Soal
4. Jelaskan yang dimaksud dengan “toxic colonialism” dan hubungannya
dengan etika llingkungan. Berikan contoh kasusnya!
Jawaban
Kata Toxic berasal dari bahasa Yunani yaitu "toxikon" yang merupakan
ramuan yang mengandung racun yang di pasang di mata anak panah. Dalam
perkembangannya kata ini dipakai untuk menyebutkan bahan-bahan
beracun berbahaya. toxic colonialism adalah ungkapan yang mencolok
diciptakan oleh Jim Puckett dari Green peace untuk pembuangan limbah
industri Barat di wilayah Dunia Ketiga. Asal muasal limbah tersebut dari
suatu pembuangan sisa-sisa bahan yang tidak terpakai. Kasus yang paling
terkenal mengenai akibat dari senyawa beracun yaitu kasus minamata di
jepang yang mewabah sejak tahun 1958 di jepang. Berdasarkan hasil
penyelidikan penyakit tersebut di tenggarai oleh zat merkuri atau lebih
dikenal secara umum dengan air raksa dan sumber dari penyebar limbah
racun tersebut adalah pabrik baterai Hubungannya dengan etika lingkungan
yaitu setiap permasalahan lingkungan hidup yang sangat kompleks harus
diupayakan pengelolaan yang baik, selain itu pola antisipasi kerusakan yang
dikarenakan limbah perlu dilakukan pembinaan, sehingga pembuangan
limbah dapat terencana dengan baik tanpa merugikan satu sama lain.
Contoh: Greenpeace gelar protes limbah beracun di singapura.
Referensi:
http://www.newscientist.com/article/mg13518285.900--thistle-diary-toxicwastes-
and-other-ethical-issues--comment-from-westminster-by-tam-dalyell-
-.html
http://ban.org/ban_news/greenpeace_holds.html
Soal
5. Jelaskan tentang keterkaitan antara Risiko dan kemajuan teknologi! Berikan
contoh nyata! Bagaimana cara mengurangi risiko yang mungkin terjadi!
Jawaban
Perkembangan ilmu pengetahuan tentang teknologi bisa membuat
kehidupan social ekonomi lebih produktif, efektif dan efisien. Akan tetapi
berkembangnya teknologi bisa menyebabkan sikap individualisme atau
sikap mementingkan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena semua hal dapat
ditangani oleh teknologi. Sehingga menumbuhkan rasa atau sikap tidak
memerlukan orang lain. Berkembangnya teknologi juga bisa menyebabkan
sikap mementingkan teknologi. Dengan kemajuan teknologi membuat semua
kehidupan bergantung pada teknologi. Banyak hal yang diberikan oleh
teknologi itu mempermudah baik dalam proses,penerapan pemahaman serta
penguasaan dibidang pendidikan ataupun bidang-bidang lainnya.teknologi
adalah tolak ukur kemajuan. Akan tetapi dari kemajuan teknologi ada
dampak negatifnya yaitu resiko akibat penggunaan teknologi yang tinggi.
Contohnya:
Teknologi Handphone, merupakan suatu ciptaan dengan teknologi tinggi,
Saat ini, handphone menjadi salah satu alat berkomunikasi tetapi radiasi
yang tercipta akibat handphone dapat menyebabkan kanker otak
dikarenakan meningkatnya giloma, dan peningkatan akustik neuroma.
semakin muda usia penggunan handphone maka semakin besar resiko
terkena kanker. untuk menghindari resiko tersebut.
Cara mengurangi risiko yaitu:
1. lakukan identifikasi resiko yang terjadi.
2. Analisa resiko yang telah di identifikasi.
3. Seleksi resiko dan bagi dalam beberapa kategori dari yang besar, sedang
dan kecil.
4. Pengambilan keputusan, resiko apa saja yang dapat ditahan, dihindari,
dikurangi.
Referensi: Freddy, Pieloor. Jangan beli unit link, bila anda tidak paham
benar,Jakarta, PT Elex Media Komputindo, GRAMEDIA, 2009.
Soal
6. Jelaskan peranan Insinyur terkait dengan kerusakan dan pelestarian
lingkungan hidup! Berikan masing –masing contoh nyata.
Jawaban
Peranan insinyur keteknikan sangat diperlukan dalam pelestarian
lingkungan, seorang insinyur harus bisa melestarikan lingkungan hidup
untuk masa depan dengan modal ilmu yang dimilkinya, karena dengan cara
itu seorang insinyur dapat meminimumkan tingkat kerusakan lingkungan
dengan mengelola lingkungan secara professional dalam penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan secara komprehensif dan terintegratif.
Contoh: Dalam penggalian dan pengeksplorasian sebuah tambang batu bara
yang mengakibatkan kerusakan pada lingkungan, seharusnya seorang
insinyur bisa mengatasi dengan merehabilitasi tempat yang sudah di
tambang tersebut agar kegiatan tambang tersebut tidak merusak sturktur
tanah yang telah dieksplorasi tersebut. .
Referensi: http://marwandilligent.blogspot.com

Kamis, 14 Juni 2012

TUGAS MAT KUL
 ETIKA PROFESI

KECELAKAAN PESAWAT LUAR ANGKASA CHALLENGER

Disusun oleh:
Nama/NPM     : 1. Armada /36409196
                          : 2. Deni Mulyana/                                 
   Kelas             : 3 ID 05
 KECELAKAAN PESAWAT LUAR ANGKASA CHALLENGER


Latar belakang
    Pesawat luar angkasa dibuat untuk menjadi kendaraan luncur yang dapat digunakan berulang kali. Kendaraan ini terdiri dari sebuah pengorbit, yang lebih mirip pesawat ukuran menengah (tidak termasuk mesin), 2 mesin pendorong berbahan padat, dan 1 mesin pendorong berbahan bakar cair. Pada saat tinggal landas, semua mesin pendorong dinyalakan dan mengangkat pengorbit itu keluar dari atmosfer bumi. Mesin pendorong berbahan bakar padat hanya digunakan pada awal penerbangan dan dilepaskan segera setelah tinggal landas, dijatuhkan kembali dengan parasut ke bumi, dan diangkat dari laut. Mesin pendorong berbahan bakar padat ini diisi kembali dengan bahan bakar dan digunakan lagi. Mesin pendorong berbahan bakar cair digunakan untuk menyelesaikan pengangkatan pesawat luar angkasa ke orbit, dan pada suatu titik mesin pendorong ini dilepaskan dan terbakar ketika masuk kembali ke atmosfer bumi. Mesin pendorong berbahan bakar cair adalah satu-satunya bagian kendaraan pesawat luar angkasa yang tidak dapat digunakan kembali ke atmosfer dan bergerak perlahan untuk mendarat.
    Kecelakaan pada januari 1986 ditimpakan pada kerusakan salah satu mesin pendorong berbahan bakar padat. Mesin pendorong berbahan bakar padat mempunyai kelebihan dalam hal kemampuannya menghantarkan gaya pendorong yang jauh lebih besar dalam setiap pon bahan bakar daripada mesin pendorong berbahan bakar cair, tetapi mesin ini memiliki kekurangan dalam hal kontrol yaitu jika bahan bakar telah menyala, tidak ada cara mematikan pendorong tenaga atau bahkan mengontrol jumlah gaya yang dihasilkan. Roket berbahan bakar cair dapat dikontrol dengan menutup aliran pasokan bahan bakar ke ruang pembakaran, atau bisa juga dimatikan dengan menghentikan aliran bahan bakar seluruhnya. Pada tahun 1974, national aeronautics and space administration (NASA) memberikan kontrak untuk merancang dan membuat mesin pendorong berbahan bakar pada untuk pesawat luar angkasa kepada Morton Thiokol adalah versi skala besar dari rudal titan, yang telah sukses digunakan selama bertahun-tahun untuk meluncurkan satelit. Rancangan ini diterima NASA pada tahun 1976. Roket padat terdiri dari beberapa buah silinder yang diisi pendorong    berbahan bakar padat dan diturnpuk yang satu di atas yang lainnya untuk mernbentuk mesin  pendorong yang lengkap. Perakitan silinder berisi pendorong ini dilakukan di pabrik Thiokol di Utah Silinder-silinder itu kemudian dikirimkan ke Pusat Luar Angkasa Kennedy (Kennedy Space Centre) di Florida untuk dirakit menjadi sebuah mesin pendorong yang lengkap.
      Aspek kunci rancangan mesin pendorong adalah sambungan (joint) yang mernpersatukan silinder-silinder pribadi tersebut yang, dikenal sebagai field joints, dan digambarkan secara   sisternatis pada Gambar l.1 a. Joint ini adalah tang and clevis joint (sambungan bergerigi dan   sambungan U), yang dikencangkan oleh 177 baut U. Sambungan ini dijepit oleh dua cincin O.  Cincin ini O dirancang untuk mencegah gas panas hasil pernbakaran pendorong berbahan bakar padat tidak merembes keluar. Cincin 0 ini terbuat dari sejenis karet sintetis dan tidak terlalu   tahan terhadap panas. Untuk mencegah agar gas panas tidak merusak cincin 0, suatu dempul  penahan panas diternpatkan pada sambungan, Pendorong tenaga Titan hanya mernpunyai satu cincin O pada  field joint. Cincin 0 kedua ditarnbahkan ke pendorong tenaga pesawat luar angkasa untuk memberikan tingkat keselamatan yang jauh lebih besar, tidak seperti Titan, pendorong tenaga ini akan digunakan untuk pesawat luar angkasa berawak.

Problem Awal Pada Pendorong Roket Padat
     Masalah pada rancangan  field joint telah diketahui jauh sebelum peluncuran Challenger. Ketika roket dinyalakan, tekanan internal  menyebabkan dindin pendorong tenaga mengembang keluar, menekan field joint.  Tekanan ini menyebabkan sarnbungan sedikit terbuka, suatu proses yang disebut "rotasi sambungan," digambarkan pada Gambar l.1b. Sambungan dirancang begitu rupa sehingga tekanan internal yang mendorong dernpul, memindahkan cincin O pertama ke dalam celah  ini, mernbantu menjepit sambungan, Selama uji coba pendorong tenaga pada tahun1977, Thiokol mengetahui bahwa masalah rotasi sambungan ini lebih patah daripada Titan dan membicarakannya dengan NASA. Perubahan desain dilakukan, terrnasuk peningkatan ketebalan cincin O, untuk mencoba mengontrol masalah ini.
     Uji coba lebih lanjut menunjukkan adanya masalah pada cincin O kedua, dan lebih banyak perubahan pun dilakukan untuk memperbaiki masalah ini. Pada bulan November 1981, setelah penerbangan pesawat luar angkasa yang kedua, sebuah perneriksaan pasca peluncuran terhadap field joint pendorong tenaga menunjukkan    bahwa cincin O rusak secara bertahap akibat gas panas selama peluncuran. Meskipun tidak ada kerusakan pada sambungan tersebut, ada beberapa keprihatinan terhadap situasi ini, dan Thiokol rnelihatnya pada penggunaan tipe dempul yang berbeda dan rnetode penerapan alternatif untuk menyelesaikan masalah ini. Terlepas dari situ usaha ini, sekitar setengah penerbangan pesawat luar angkasa sebelum kecelakaan Challenger sebetulnya mengalami beberapa tingkat kerusakan cincin O. Tentu saja, tipe uji coba dan desain   ulang ini bukan hal yang luar biasa dalam enjiniring. Jarang sekali pekerjaan dapat dilakukan dengan benar pada saat pertama, dan modifikasi terhadap desain asli sering kali diperlukan.
Harus ditunjukkan bahwa erosi cincin O bukanlah hal yang berbahaya. Karena pendorong tenaga roket padat hanya digunakan pada beberapa    menit pertama penerbangan, kita bisa sepenuhnya menerima rancangan sambungan dengan cincin o yang tererosi dengan terkontrol. Selama cincin 0 tidak terbakar seluruhnya sebelum pendorong tenaga padat kehabisan bahan bakar dan dilepaskan, rancangan ini aman. Meskipun demikian pesawat luar angkasa tidak dirancang dengan cara seperti ini, dan erosi cincin 0 adalah salah satu masalah yang dilontarkan para insinyur Thiokol.
     Kerusakan sambungan yang didokumentasikan pertama kali didapat setelah peluncuran pada 24 Januari 1985, yang terjadi selama cuaca yang sangat dingin. Penyelidikan pasca peluncuran terhadap pendorong tenaga rnenunjukkan adanya abu hitam dan oli di bagian luar pendorong tenaga, yang mengindikasikan bahwa gas panas dari pendorong tenaga telah meledakkan jepitan cincin O. Penemuan ini membangkitkan keprihatinan tentang elastisitas bahan cincin O pada suhu yang dingin. Thiokol melakukan tes terhadap kemampuan menekan    cincin 0 untuk mengisi sambungan dan menemukan bahwa kemampuan menekan cincin O tidak layak. Pada bulan Juli 1985, para insinyur Thiokol merancang ulang field joint tanpa  cincin O. Sebagai gantinya, mereka memakai batang baja, yang seharusnya rnempunyai kemampuan menahan gas panas yang lebih baik. Sayangnya, desain baru ini belum siap pada saat peluncuran Challenger di awal 1986 itu [Elliot, 1991].

IKLIM POLITIK
    Untuk sepenuhnya memahami dan menganalisis pengambilan keputusan yang terjadi dan mengakibatkan peluncuran fatal itu, penting juga untuk  mendiskusikan lingkungan politik yang melingkupi operasi NASA pada saat itu. Anggaran NASA ditentukan oleh Kongres, yang merasa tidak senang dengan penundaan proyek pesawat luar angkasa ini dan performa pesawat luar angkasa yang tidak mernenuhi perjanjian awal. NASA meminta anggaran pesawat luar angkasa dengan menyatakannya sebagai kendaraan luncur yang dapat diandalkan, tidak mahal untuk berbagai tujuan ilmu pengetahuan dan kornersial, terrnasuk peluncuran satelit komersial dan militer, NASA sudah menjanjikan bahwa pesawat luar angkasa itu dapat digunakan untuk penerbangan  yang cukup sering (beberapa penerbangan dalam setahun) dan kembali pulang dengan cepat dan mempunyai harga kompetitif bila dibandingkan dengan kendaraan luncur tradisionalyang tidak dapat digunakan kembali, NASA merasakan program ini mendesak dilakukan karena Badan Luar Angkasa Eropa (European Space Agency) sedang mengembangkan pesawat luar angkasa alternatif yang tampaknya lebih rnurah, yang berpotensi menyingkirkan pesawat luar angkasa NASA dari bisnis.
    Tekanan ini membuat NASA rnenjadwalkan sebuah rekor jumlah misi pada tahun 1986 untuk mernbuktikan pada Kongres bahwa program berjalan sesuai rencana. Meluncurkan    suatu misi pada bulan Januari 1986 adalah suatu keharusan, karena misi sebelumnya telah tertunda beberapa kali akibat cuaca dan kerusakan mekanik. NASA juga merasakan adanya tekanan untuk meluncurkan Chalenger sesuai dengan peluncuran pesawat luar angkasa berikutnya, yang membawa alat untuk meneliti komet Halley, dapat diluncurkan sebelum alat yang sama diluncurkan oleh Rusia. Ada tekanan politik tambahan untuk meluncurkan Chalenger sebelum persiapan upacara kenegaraan yang akan dating, dimana presiden Reagen berharap dapat membanggakan pesawat luar angkasa itu dan seorang astronot khusus-guru pertama yang pergi ke luar angkasa, Chirista McAuliffe dalam konteks pidatonya tentang pendidikan.

HARI-HARI SEBELUM PELUNCURAN
      Bahkan sebelum kece1akaan, peluncuran Challenger tidak berjalan sesuai   rencana, seperti yang diharapkan NASA.Tanggal peluncuran pertama harus dibatalkan akibat aliran udara dingin yang diperkirakan bergerak menuju daerah itu.Hal tersebut tidak terjadi, dan peluncuran seharusnya dapat dilaksanakan sesuai rencana.Tetapi peluncuran itu telah tertunda karena menunggu Wakil Presiden George Bush,yang akan menghadiri peluncuran itu.NASA tidak ingin melawan Bush(karena Bush adalah seorang pendukung kuat NASA), dengan menunda peluncuran akibat  cuaca buruk setelah beliau tiba.Peluncuran pesawat luar angkasa kemudian tertunda oleh kerusakan tombol penyala mikro peda mekanisme pengunci pintu.Ketika masalah ini terselesaikan,angin berubah arah dan sekarang bergerak ke daerah itu.Angin diperkirakan membawa cuaca yang sangat dingin ketempat peluncuran, dengan perkiraan suhu rendah pada 20°F pada saat peluncuran baru.
    Lantaran suhu yang dingin,NASA melakukan pemeriksan bersama semua kontraktor pesawat luar angkasa untuk menentukan apakah mereka memperkirakan adanya masalah dengan peluncuran pesawat luar angkasa pada suhu dingin. Alan McDonald, direktur Proyek Motor Roket Padat Thiokol, memperingatkan tentang masalah cuaca dingin yang dialami pendorong tenaga padat. Sore hari sebelum peluncuran yang dijadwal ulang, diadakan sebuah telekonferensi antara insinyur dan manjemen dari Kenedy Space Centre (Pusat Angkasa Luar Kenedy) , Marshall Space Flight Centre milik NASA di Hunstville, Alabama, dan Thiokol di Utah untuk membicarakan pengaruh-pengaruh yang mungkin terjadi akibat suhu dingin terhadap performa pendorong tenaga padat. Sepanjang telekonferensi ini, Roger Boisjoly dan Arnie Thompson, dua insinyur Thiokol yang mengerjakan rancangan mesin pendorong berbahan baker padat itu, memberikan presentasi selama satu jam mengenai dampak negative cuaca dingin terhadap masalah rotasi sambungandan penjempitan sambungan ole cincin O.
    Intinya adalah bahwa suhu terendah dimana suatu pesawat luar angkasa pernah diluncurkan adalah 53°F, pada tanggal 24 Januari 1985, ketika terjadi kebocoran gas pada cincin O. Suhu cincin O pada saat waktu peluncuran Challenger yang direncanakan keesokan paginya diperkirakan 29°F, jauh dibawah suhu yang pernah dialami NASA. Setelah presentasi kedua insinyur itu, Bob Lund, wakil presiden bidang tekhnik Morton Thiokol, mempresentasikan rekomendasinya dia mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada erosi cincin O yang cukup parah pada suhu 53°F dan peluncuran Challenger akan terjadi pada suhu yang jauh dibawahnya, dimana tidak tersedia data dan pengalaman sama sekali, NASA sebaiknya menunda peluncuran pesawat sampai suhu cincin O setidaknya mencapai suhu 53°F. Menariknya, dalam rancangan asli disebutkan bahwa pendorong tenaga seharusnya dapat beroperasi dengan baik pada suhu sebesar 31°F.
    Larry Mulloy, manajer proyek Pendorong Tenaga Roket Padat di Marshall dan pegawai NASA, dengan tepat menunjukkan bahwa data itu bukan merupakan suatu kesimpulan dan tidak setuju dengan insinyur-insinyur Thiokol. Setelah beberapa diskusi, Mulloy meminta pendapat Joe Kilminster, manajer teknik yang mengerjakan proyek ini, Kliminster mendukung rekomendasi insinyur rekannya.. Orang lain dari Marshall menunjukkan ketidaksetujuan mereka pada rekomendasi insinyur rekannya. Orang lain dari Marshall menunjukkan ketidaksetujuan mereka pada rekomendasi insinyur Thiokol, yang memaksa Kilminster menhentikan diskusi untuk beberapa menit. Boisjoly dan insinyur lainnya mengulangi kembali rekomendasinya pada pihak manajemen bahwa keputusan awal untuk tidak meluncurkan Challenger adalah keputusan yang benar.
    Fakta kunci yang akhirnya menggoyahkan keputusan ini adalah bahwa pada data yang tersedia, tampaknya tidak ada hubungan antara suhu dan derajat kebocoran gas yang mengerosi cincin O dalam peluncuran sebelumnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya tidak ada kecendrungan dalam data yang mengindikasikan bahwa peluncuran pada perkiraan suhu rendah tersebut tidak aman. Setelah melalui banyak diskusi , Jerald Mason, seorang manajer senior Thiokol, memandang Lund dan berkata, “Lepaskan topi insinyurmu dan pakailah topi manajemenmu,” ungkapan yang menjadi terkenal dalam diskusi etika enjiniring. Lund mengubah keputusan sebelumnya dan merekomendasika peluncuran dapat dilanjutkan. Rekomendasi baru ini meliputi indikasi bahwa ada peringatan keselamatan akibat cuaca dingin, tetapi bahwa data tidak konklusif dan peluncuran tetap direkomendasikan. McDonald, yang berada di Florida, terkejut atas rekomendasi ini dan mencoba meyakinkan NASA untuk menunda peluncuran, tetapi ia tidak berhasil.

PELUNCURAN
     Berlawanan dengan perkiraan cuaca, suhu pada dini hari peluncuran menunjukkan 8°F lebih dingin daripada suhu-suhu yang pernah  dialami pesawat luar angkasa sebelumnya. Sebenarnya ada akumulasi es yang cukup banyak pada tempat peluncuran dari penyemprot keamanan (safety shower) dan selang kebakaran yang diletakkan di luar untuk mencegah agar pipa tidak beku. Diperkirakan suhu field joint pendorong tenaga sebelah kanan di dekat ekor pesawat adalah 28°F.
    NASA selalu mendokumentasikan semua aspek peluncuran sebanyak mungkin. Salah satu pengawasan ini meliputi pemakaian kamera secara eksentif yang berfokus pada daerah penting wahana luncur. Salah satu kamera ini, yang menyorot pendorong tenaga sebelah kanan, merekam gumpalan asap yang terhembus dari field joint di dekat ekor pesawat segera setelah pendorong tenaga dinyalakan. Asap ini diperkirakan disebabkan oleh silinder baja pada bagian pendorong tenaga yang mengembang keluar dan menyebabkan  field joint berotasi. Tetapi, akibat suhu yang sangat dingin, cincin O tidak terpasang dengan benar. Dempul penahan panas juga begitu dingin sehingga tidak dapat nelindungi cincin O, dan gas panas terbakar melalui kedua cincin O. selanjutnya ditemukan bahwa kebocoran ini terjadi pada lebih dari 70° busur keliling cincin O.
    Dengan sangat cepat, field joint tertutup lagi dengan hasil pembakaran bahan bakar roket padat yang mebentuk semacam oksida bening pada sambungan. Formasi oksida ini menyebabkan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat gesekan angina yang sangat kuat yang menerpa pesawat sesaat sebelum penerbangan. Oksida yang sementara menutup field joint menyebar akibat tekanan yang disebabkan oleh gesekan angin. Sekarang sambungan terbuka kembali, dan gas panas terlepas dari pendorong tenaga padat. Karena pendorong tenaga ini melekat pada pendorong tenaga bahan bakar cair yang besar, api dari pendorong tenaga bahan bakar padat menjalar dengan sangat cepat dan membakar tangki luar. Bahan bakar cair tersulut dan pesawat luar angkasa Challenger itupun meledak menjadi bola api.

SETELAH CHALLENGER MELEDAK
     Akibat kecelakaan ini, program pesawat luar angkasa ditunda dan tinjauan seksama atas keselamatan pesawat luar angkasa pun dilaksanakan. Thiokol membentuk tim investigasi kegagalan pada 31 Januari 1986 yang melibatkan Roger Boisjoly. Juga ada banyak penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan ini baik kontraktor yang terlibat ( termasuk Thiokol  ) maupun oleh berbagai badan pemerintah. Sebagai bahan penyelidikan pemerintah , Presiden Reagan menunjuk sebuah komisi pita biru, dikenal dengan komisi Roger, diberi nama sesuai nama ketuanya. Komisi ini terdiri dari ilmuwan dan insinyur dari berbagi bidang. Mereka diminta mencari penyebab kecelkaan itu dan merekomendasikan korelasi-korelasi dalam program pesawat luar angkasa.
    Salah satu anggota komisi ini adalah Richard Feynman, seorang pemenang Nobel dalam bidang Fisika. Ia dapat menunjukkan kepada seluruh negeri apa yang salah dalam kecelakaan itu. Dalam demonstrasi yang ditayangkan berulang-ulang dalam program berita nasional, ia menunjukkan adanya masalah pada cincin O dengan mengambil sample dari bahan cincin O dan menekuknya. Kelenturan bahan pada suhu ruang itu menjadi bukti. Kemudian ia mencelupkannya dalam air es. Ketika Feynman menekuk cincin O itu sekali lagi, terlihat jelas bahwa kelenturan bahan cincin O itu telah sangat berkurang, sebuah demonstrasi yang sangat jelas tentang apa yang terjadi dengan cincin O pada tanggal peluncuran dalam cuaca dingin di Florida.
    SEbagai bagian dari dengar pendapat komisi, Roger Boisjoly dan Insinyur Thiokol lainnya diminta bersaksi. Boisjoly menyerahkan sejumlah salinan memo internal Thiokol dan laporan yang memuat perincian proses desain dan masalah – masalah  yang telah dihadapi kepada komisi. SEbenarnya , Thiokol berusaha menyembunyikan situasi sebenarnya, dan tindakan Boisjoly merusak usaha ini. Menurut Boisjoly, setelah tindakannya itu, ia dikucilkan oleh perusahaan, tanggung jawabnya untuk mendasin ulang sambungan dicabut, dan ia diperlakukan dengan buruk oleh manajemen Thiokol ( Noisjoly, 1191, dan Boisjoly, Curtis, and Mellicam, 1989 ).
    Akhirnya, suasana ini tidak dapat ditolerir lagi oleh Boisjoly, dan iapun mengundurkan diri dari jabatannya diThiokol. Sambungan itu didesain ulang, dan sejak itu sejumlah misi pesawat luar angkasa berhasil diluncurkan. Meskipun demikian, jadwal peluncuran ambisius yang sebenarnya ingin dilakukan NASA tak pernah terpenuhi. Pada tahun 2001, dilaporkan bahwa NASA telah mengahabiskan $5  juta untuk mempelajari kemungkinan memasang beberapa tipe system penyelamatan diri untuk melindungi awak pesawat luar angkasa ketika terjadi kecelakaan.Belum ada keputusan yang diambil. Kemungkinan-kemunkinan ini meliputi kursi lontar atau kapsul penyelamatan yang akan bekerja selama tiga menit pertama penerbangan. Fitur-fitur ini dimasukkan kedalam kendaraan luar angkasa berawak sebelumnya dan pada kenyataannya dipasang dalam pesawat luar angkasa sampai tahun 1982. Tetapi tida diketahui apakah sistem seperti ini dapat menyelamatkan astronot penumpang Challenger.







Senin, 11 Juni 2012

YANG TERLUPAKAN DALAM PENDIDIKAN




                                           BEBERAPA HAL  TERLUPAKAN DALAM PENDIDIKAN


Timbul kesan yang sangat kuat, baik guru, orangtua, maupun murid, selalu didorong untuk mengejar dan menghimpun informasi keilmuan sebanyak mungkin, namun melupakan aspek pendidikan yang fundamental, yaitu bagaimana menjalani hidup dengan terhormat. Salah satu penyebab merebaknya korupsi ialah gagalnya dunia pendidikan dalam pembentukan karakter agar hidup selalu dipandu nurani dan ahlak.
Pagi-pagi, seorang ibu dan anaknya dengan wajah tegang menuju rumah seorang aparat pemerintah. Pertemuan itu tak lebih dari 10 menit. Ibu dan anak pamit, dan pulang dengan wajah ceria. Keceriaan disampaikan kepada ayahnya melalui telepon. Apa yang terjadi?
Rupanya ibu dan anak itu berhasil memperoleh bocoran soal ujian setelah membayar sejumlah uang. Apa yang signifikan dari peristiwa ini? Jika peristiwa itu direnungkan, suatu hal amat jelas. Orangtua telah menanamkan virus kehidupan kepada anak bahwa sukses bisa dibeli dengan uang, dengan menyogok, dan semua itu seolah sah-sah saja. Peristiwa itu juga menggoreskan catatan seumur hidup di hati anak. Pagi itu, orangtua telah merobohkan prinsip kejujuran. Akibatnya, jika suatu saat orang atau guru mengajarkan nilai-nilai kejujuran, anak akan menilai semua itu bisa ditawar. Singkatnya, secara moral orangtua tidak lagi punya wibawa untuk mengajarkan kejujuran di mata anaknya.
Belum lama ini saya dibuat tercenung membaca Pojok Kompas (15/1). Tertulis: "Kelulusan 322 calon PNS di Departemen Agama dibatalkan sebab yang bersangkutan tak ikut tes". Di lingkungan Depag, juga di departemen lain, kecurangan seperti ini bukan hal baru. Namun saat korupsi terjadi di Depag, implikasi moral politiknya lebih besar karena bisa mengarah pada logika bahwa Depag yang mestinya berperan sebagai "sapu yang bersih" telah terseret dan menyatu bersama sampah yang hendak dibersihkan.
Pendidikan berbasis karakter
Pendidikan adalah usaha sistematis dengan penuh kasih untuk membangun peradaban bangsa. Di balik sukses ekonomi dan teknologi yang ditunjukkan negara-negara maju, semua itu semula disemangati nilai-nilai kemanusiaan agar kehidupan bisa dijalani lebih mudah, lebih produktif, dan lebih bermakna. Namun banyak masyarakat yang lalu gagal menjaga komitmen kemanusiaannya setelah sukses di bidang materi, yang oleh John Naisbit diistilahkan High-Tech, Low-Touch. Yaitu gaya hidup yang selalu mengejar sukses materi, tetapi tidak disertai dengan pemaknaan hidup yang dalam. Akibatnya, orang lalu menitipkan harga dirinya pada jabatan dan materi yang menempel, tetapi kepribadiannya keropos.
Seseorang merasa diri hebat dan berharga bukan karena kualitas pribadinya, tetapi jabatan dan kekayaan, meski diraih dengan cara tidak terhormat. Pribadi semacam ini oleh Erich Fromm disebut having oriented, bukan being oriented, pribadi yang obsesif untuk selalu mengejar harta dan status, tetapi tidak peduli pada pengembangan kualitas moral.
Ketika pendidikan tidak lagi menempatkan prinsip-prinsip moralitas agung sebagai basisnya, maka yang akan dihasilkan adalah orang yang selalu mengejar materi untuk memenuhi tuntutan physical happiness yang durasinya hanya sesaat dan potensial membunuh nalar sehat dan nurani. Padahal, aktualisasi nilai kemanusiaan membutuhkan perjuangan hidup sehingga seseorang akan merasa lebih berharga dan bahagia saat mampu meraih kebahagiaan nonmateri, yaitu intellectual happiness, aesthetical happiness, moral happiness ,dan spiritual happiness. Pendidikan yang sehat adalah yang secara sadar membantu anak didik bisa merasakan, menghayati, dan menghargai jenjang makna hidup dari yang bersifat fisikal sampai yang moral, estetikal, dan spiritual. Peradaban dunia selalu dibangun oleh tokoh-tokoh moral-spiritual, yang dihancurkan politisi dan teknokrat yang mabuk kekuasaan.
Selama ini produk pendidikan amat kurang membantu pertumbuhan spiritualitas anak sehingga mereka sulit mengagumi keramahan langit terhadap bumi, gemercik air, festival awan, kekompakan hidup dunia semut, dan perilaku alam lain yang semua itu merupakan ayat-ayat Tuhan dan bacaan terbuka yang amat indah. Ini semua disebabkan kesalahan proses pendidikan yang kita dapat, yang hampir melupakan dimensi akal budi dan emosi serta tidak memandang alam sebagai entitas yang hidup.
Sebenarnya tak ada benda mati di hadapan orang yang akal budinya hidup. Terlebih di hadapan Tuhan, semuanya hidup dan bekerja atas perintah-Nya karena tercipta bukan tanpa tujuan. Pendidikan kita kurang mengajarkan bagaimana bersahabat dan berdialog dengan kehidupan secara menyeluruh.
Sebuah kasus menarik saat bencana tsunami di Aceh, hampir tidak ditemukan bangkai sapi atau kerbau dan hewan lain karena semuanya telah menyelamatkan diri. Hewan-hewan itu memiliki kepekaan dan mampu berdialog dengan sesama penghuni bumi saat bahaya akan datang. Kalaupun ada yang mati, itu lebih dikarenakan hewan-hewan itu kurang makan atau terjebak di kandang.
Belajar dan mengajar dengan hati
Seiring munculnya kesadaran dan tuntutan moral dalam dunia bisnis, dalam dunia pendidikan juga muncul gerakan baru untuk melibatkan emosi dan nurani dalam proses pembelajaran. Dipopulerkan oleh Danah Zohar, Ian Marshall, dan Daniel Golleman, literatur seputar betapa vitalnya dimensi spiritual dan emosional dalam kerja dan belajar kian diapresiasi kalangan eksekutif muda dan praktisi pendidikan. Misalnya, Training ESQ- Leadership yang dimotori Ary Ginanjar mendapat sambutan masyarakat.
Pelatihan ini menghasilkan lebih dari 50.000 alumni, tersebar di seluruh perusahaan di Indonesia, dan tiap bulan bertambah sedikitnya 7.000. Bahkan training ini telah masuk kurikulum SESKOAD Bandung. Fenomena ini tentu amat menggembirakan, sebuah kebangkitan kesadaran etis dan spiritual dalam upaya membangun bangsa yang bermartabat serta mendorong lahirnya generasi baru yang setia dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan ketuhanan.
Ada beberapa buku yang sebaiknya dibaca para guru, misalnya karya-karya Eric Jensen, Thomas Armstrong, dan Dave Meier soal bagaimana menciptakan proses dan suasana pembelajaran dengan mengacu pada sifat otak dan emosi (brain based learning) sehingga suasana belajar menjadi nyaman, kreatif, dan kontemplatif. Pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subyek, di mana anak-anak itu memiliki nurani dan potensi multikecerdasan, namun belum tergali dan teraktualisasi. Dengan demikian, proses pembelajaran sebaiknya dimulai dengan melihat, mengamati, dan merasakan lingkungan sosial yang dihadapi, guru dan murid berempati menjadi bagian integral dari realitas sosial dan semesta. Dari situ keilmuan dibangun untuk membantu memecahkan problem kemanusiaan.
Semua ilmu pengetahuan awalnya adalah produk kegelisahan akal budi dan nurani guna meringankan beban hidup manusia. Celakanya, banyak kaum profesional dan birokrat yang dengan ilmu dan jabatannya malah menjadi penindas rakyat. Rakyat amat merindukan pemimpin, birokrat, dan pelaku pasar yang senantiasa mempertahankan prinsip hidup terhormat, hidup yang dipimpin suara hati, meski bisa jadi harus siap hidup sederhana. Itu semua harus dimulai dari pendidikan keluarga dan sekolah yang menjunjung tinggi pendidikan karakter.
Komaruddin Hidayat Pembina Sekolah Berwawasan Internasional (SBI) Madania
Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/03/opini/1538957.htm
Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi

TESIS bahwa pendidikan memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahan tesis itu.
Buku terakhir William Schweke, Smart Money: Education and Economic Development (2004), sekali lagi memberi afirmasi atas tesis ilmiah para scholars terdahulu, bahwa pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.
MEMASUKI abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang. Sebagai ilustrasi, Jepang adalah negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Setelah Jepang, menyusul negara-negara Asia Timur lain seperti Singapura, China, Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan.
Melalui artikel ini penulis bermaksud mencermati kontribusi pendidikan terhadap pembangunan ekonomi dengan melihat perbandingan antara Korea mewakili Asia serta Kenya dan Zimbabwe mewakili Afrika. Pilihan tiga negara ini menarik karena semula Korea, yang secara ekonomi tertinggal, ternyata mampu mengungguli dan kemudian meninggalkan kedua negara Afrika itu. Beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan perubahan amat signifikan antara ketiga negara berbeda benua itu. Yang-Ro Yoon, seorang peneliti ekonomi Bank Dunia, dalam Effectiveness Born Out of Necessity: A Comparison of Korean and East African Education Policies (2003), mengemukakan sejumlah temuan menarik berdasarkan observasi di tiga negara itu. Pada dekade 1960-an GNP per kapita Korea hanya 87 dollar AS, sementara Kenya 90 dollar AS. Memasuki dekade 1970-an GNP per kapita Korea mulai meningkat menjadi 270 dollar AS, namun masih lebih rendah dibanding Zimbabwe yang telah mencapai 330 dollar AS.
Indikator lain seperti gross savings rate (persentase terhadap GDP) juga menunjukkan, Korea lebih rendah dibanding kedua negara Afrika itu. Pada pertengahan 1970-an, gross savings rate masing-masing negara adalah: Korea 8 persen, Kenya 15 persen, dan Zimbabwe 14 persen.
Meski demikian, dalam hal pembangunan pertanian Korea relatif lebih unggul. Sektor pertanian memberi sumbangan terhadap GDP sebesar 37 persen di Korea, 35 persen di Kenya, dan 20 persen di Zimbabwe.
Memasuki dekade 1980-an, pembangunan ekonomi di Korea berlangsung amat intensif dan pesat. Bahkan antara periode 1980 dan 1996 dapat dikatakan sebagai masa keemasan saat negeri gingseng itu mampu melakukan transformasi ekonomi secara fundamental. Pada tahun-tahun itu pertumbuhan ekonomi Korea melesat jauh meninggalkan Kenya dan Zimbabwe.
Pada tahun 1996 GNP per kapita Korea telah mencapai 10,600 dollar AS (meski lalu menurun menjadi 7.980 dollar AS tahun 1998 saat terjadi krisis moneter). Sedangkan GNP per kapita Kenya dan Zimbabwe masing-masing 320 dollar AS dan 610 dollar AS.
Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada gross savings rate yakni 36 persen di Korea, 12 persen di Kenya, dan 17 persen di Zimbabwe. Pertumbuhan ekonomi Korea yang mengesankan ini terkait keberhasilan dalam menurunkan angka pertumbuhan penduduk selama tiga dekade: dari 2,7 persen tahun 1962 menjadi 0,9 persen pada 1993.
Sementara pertumbuhan penduduk di Kenya justru meningkat dari 3,2 persen tahun 1965 menjadi 4,2 persen tahun 1980, meski kemudian menurun menjadi 2,6 persen pada tahun 1995.
TIDAK diragukan lagi, salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi di Korea adalah komitmen yang kuat dalam membangun pendidikan. Berbagai studi menunjukkan, basis pendidikan di Korea memang amat kokoh. Pemerintah Korea mengambil langkah-langkah ekspansif antara 1960-an dan 1990-an guna memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara. Program wajib belajar pendidikan dasar (universal basic education) sudah dilaksanakan sejak lama dan berhasil dituntaskan tahun 1965, sementara Indonesia baru mulai tahun 1984. Sedangkan wajib belajar jenjang SLTP berhasil dicapai tahun 1980-an; dan jenjang SLTA juga hampir bersifat universal pada periode yang sama. Yang menakjubkan, pada jenjang pendidikan tinggi juga mengalami ekspansi besar-besaran; lebih dari setengah anak-anak usia sekolah pada level ini telah memasuki perguruan tinggi.
Komitmen Pemerintah Korea terhadap pembangunan pendidikan itu tercermin pada public expenditure. Pada tahun 1959, anggaran untuk pendidikan mencapai 15 persen dari total belanja negara, guna mendukung universal basic education dan terus meningkat secara reguler menjadi 23 persen tahun 1971. Setelah program ini sukses, Pemerintah Korea mulai menurunkan anggaran pendidikan pada kisaran antara 14 sampai 17 persen dari total belanja negara atau sekitar 2,2 sampai 4,4 persen dari GNP. Menyadari bahwa pendidikan dasar merupakan bagian dari public good, tercermin pada social return lebih tinggi dibanding private return, maka Pemerintah Korea mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dasar jauh lebih besar dibanding level menengah dan tinggi.
Penting dicatat, selain faktor basis pendidikan yang lebih kuat, kelas menengah ekonomi di Korea juga terbentuk dengan baik dan mapan. Pada dekade antara 1960-an dan 1980-an, kalangan pengusaha Korea telah membangun hubungan dagang dan membuka akses pasar ke negara-negara kawasan seperti Jepang, bahkan telah menyeberang ke Amerika dan Eropa.
Korea sukses melakukan inovasi teknologi (otomotif dan elektronik) karena memperoleh transfer teknologi melalui hubungan dagang dengan negara-negara maju tersebut.
Bercermin pada pengalaman Korea, Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya membangun pendidikan nasional. Investasi di bidang pendidikan secara nyata berhasil mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Untuk itu, investasi di bidang pendidikan harus didukung pembiayaan memadai, terutama yang diperuntukkan bagi penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Mengikuti agenda Millenium Development Goals (MDGs), tahun 2015 Pemerintah Indonesia harus menjamin bahwa seluruh anak usia sekolah dasar akan memperoleh pendidikan dasar.
Bersamaan dengan itu, akses ke pendidikan menengah dan pendidikan tinggi juga harus diperluas, guna mendukung upaya menciptakan knowledge society yang menjadi basis akselerasi pembangunan ekonomi di masa depan.
                                                             KEPUASAN KERJA
1.     Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan, kepuasan kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Menurut wexley dan Yulk kepuasan kerja adalah cara seseorang pekerja merasakan pekerjaannya, sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan.
Hopeck menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Sedangkan Blum mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap kasus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan social individu di luar kerja.
1.    Teori tentang Kepuasan Kerja
•    Teori Ketidakpuasan
Teori ini pertama kali dipelopori oleh porter, yaitu porter mengukur kepuasan kerja dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya deangan kenyataan yang dirasakan. Lalu Locke menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bertentangan pada discrepancy anatara Should be (expectation need atau value) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan, dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi.
Apabila data yang didapat ternyata lebih besar dan pada yang diinginkan maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy tetapi sifatnya positif, sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimumnya sehingga menjadi negative discrepancy, maka kian besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan.
•    Teori Keadilan
Dikembangkan  oleh Adams adapun pendahulu teori ini adalah Zaleznik. Prinsip teori ini adalah orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah dia merasakan adanya keadilan (equity) tidak atas suatu situasi persaan equity in equity dalam situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantir, ataupun tempat lain. Menurut teori ini elemen-elemen equity ada tiga yaitu ; input, output comes, comparison person.
    Input adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan kebanyakan sebagai sumbangan terhadap pekerjaan. Seperti : education, experiences, skill dan lain-lain.
    Outcomes adalah segala sesuatu yang berharga, yang dirasakan karyawan sebagai “hasil” dari pekerjaannya example : pay, status, symbol dan lain-lain.
    Comparison person adalah kepada orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input outcomes yang dimilikinya. Comparison ini bisa berupa seseorang di perusahaan yang sama atau temapt lain atau dirinya sendiri di waktu lampau.
Menurut Wexly dan Yulk menurut teori ini setiap karyawan akan membandingkan ratio input outcomesnya dengan orang lain (comparison person)bila perbandingan dianggap cukup adil maka ia akan merasa puas bila perbandingan tidak seimbang tetapi ia menginginkan akan timbul ketidakpuasan. Kelemahan teori ini adalah kenyataan bahwa kepuasan juga ditentukan oleg individual differences selain itu tidak liniernya hubungan antara besarnya kompensasi (seperti, upah) dengan tingkat kepuasan lebih banyak bertentangan dengan karyawan.
•    Teori Dua Faktor
Menurut Hezberg, Prinsip teori ini bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan itu merupakan dua hal yang berbeda. Artinya kepuasan dan tidaknya suatu pekerjaan itu merupakan suatu variable kontinyu, dua faktor yang dapat menyebabkan puas atau tidak puasnya karyawan.
Menurut teori ini, kepuasan kerja karyawan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan karyawan, karyawan akan merasa puas apabila ia mendapatkan sesuatu kebutuhannya, makin besar kebutuhan karyawan terpenuhi, makin puas pula karyawan tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, karyawan akan mersa tidak puas.
•    Teori Pandangan Kelompok (Social reference group theory)
Menurut teori ini, kepuasan kerja karyawan bukanlah bergantung pada pemenuhan saja, tetapi sangat bergantung pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para karyawan dianggap sebagai kelompok acuan, kelompok  acuan tersebut oleh karyawan dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi karyawan akan merasa puas apabila pekerjaanyang dikerjakannya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.
•    Teori Pengharapan
Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan Lawrer. Vroom menjelaskan bahwa “motivasi merupakan suatu produk dari cara seseorang menginginkan sesuatu dan penaksiran seseorang tersebut memungkinkan aksi tetentu yang akan menuntunnya”.
2.    Faktor-Faktor Kepuasan Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, faktor-faktor itu sendiri dalam peranan nya memberikan kepuasan kepada karyawan tentang pribadi masing-masing karyawan. Faktor-faktor kepuasan kerja berpangkal dari berbagai aspek pekerjaan seperti upah, kesempatan promosi, pengawasan dan reka-rekan sekerja. Disamping itu juga berasal dari faktor-faktor lingkungan kerja seperti gaya pengawasan (Supervisi), kebijakan dan procedure, keanggotaan kelompok kerja, serta kondisi kerja. Dari sejumlah dimensi yang dihubungkan dengan kepuasan kerja, lima diantaranya merupakan karakteristik yang paling penting :
•    Upah, yaitu jumlah upah yang diterima dan dianggap upah yang wajar
•    Pekerjaan, yaitu keadaan dimana tugas pekerjaan dianggap menarik, memberikan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab
•    Kesempatan Promosi, yaitu tersedianya kesempatan untuk maju
•    Pengawasan, yaitu kemampuan pengawas untuk menunjukkan minat dan perhatian terhadap karyawan
•    Rekan sekerja, yaitu keadaan dimana rekan sekerja menunjukkan sikap persahabatan dan mendorong.
Menurut Blumm faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja sebagai berikut :
1.    Faktor Individu meliputi, umur, kesehatan, watak dan harapan.
2.    Faktor social, meliputi hubungan kekeluargaan, kebebasan berpolitik,k hubungan kemasyarakatan.
Faktor utama dalam pekerjaan meliputi, upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan social dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi maupun tugas.
Sedangkan menurut Gillmer, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
1.Kesempatan untuk maju
Dalam hal ini tidak adanya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
2.Keamanan Kerja
Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan aman sangat dipengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
3.Gaji
Gaji satu bulan banyak menyebabkan ketidakpuasan, jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya
4.Perusahaan dan manajemen
Peruahaan dan manajemen yang baik adalah mampu memberikan stuasi kondisi kerja yang stabil, faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.
5.. Pengawasan
Supervisi yang buruk dapat dapat berakibat absensi dan turn over
6. Faktor Instrinsik dan pekerjaan
Atribut yang ada pada pekerjaan mengisyaratkan pada keterampilan dan sukar mudahnya serta kebanggaan akan tugas meningkatkan atau menguragi kepuasan.
7. Kondisi kerja
Termasuk disini kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan parkir.
8. Aspek Sosial dalam pekerjaan
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja


9. Komunikasi
Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alsan untuk menyangkal jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami, mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
10.Fasilitas
Rumah sakit, cuti dan pensiun atau pemakaman merupakan standart jabatan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat dirangkum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
a. Faktor psikologis
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan yang meliputi, minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan
b. Faktor Sosial
Merupkan faktor yang berhubungan dengan interaksi seseorang baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.
c. Faktor fisik
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, istirahat, penmgaturan suhu ruangan, konsisi keselamatan dan kesehatan kerja, umur dll.
d. Faktor finansial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteran karyawan yang meliputi sistem besarnya gaji jaminan social, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya